Versi Teks Sword Art Online Episode 24 Bagian 1
Sebelumnya : Sword Art Online Episode 23
Dengan dibantu oleh teman-temannya, Kirito berhasil menembus tempat itu. Melewati para guardian, hingga kemudian sampai di langit-langit ruangan yang tinggi itu. Setelahnya dengan bantuan dari Yui dan kartu yang dijatuhkan oleh Asuna, gerbangpun terbuka.
"Papa, papa ..." Yui memanggil-memanggil. Kirito membuka mata, dan ia telah berada di dalam sebuah terowongan. "Tempat apa ini?"
"Aku juga tidak tahu, tak ada data peta di sini." ucap Yui.
"Apa kau bisa mengetahui keberadaan Asuna?"
"Ya." Yui mencoba untuk merasakannya, "Mama, mama sudah sangat dekat. Sebelah sini!" Yuipun tahu arahnya, dan mereka bergegas. Keduanya berlari, Kirito dan Yui yang telah kembali ke wujud manusianya.
Mereka berlari di lorong, melewati pintu rahasia yang terdapat di dinding lorong, kemudian sampai di sebuah gerbang berbentuk lingkaran. Mereka membukanya, dan akhirnya sampai puncak pohon Dunia.
"Apakah ini bagian puncak dari Pohon Dunia?"
Di sekitar mereka, terlihat ranting-rating, daun yang lebat, serta jalan yang terbuat dari kayu. Dan sejauh mata memandang, tak terlihat tanda-tanda keberadaan kota seperti apa yang diceritakan. "Sama seperti Grand Questnya, kota itu, semuanya hanyalah kebohongan!" ucap Kirito. "Aku tak akan pernah memaafkan ini!" Kirito kesal.
Yui menarik lengan baju ayahnya, mengingatkan kalau tujuannya ke sini bukanlah untuk marah-marah. "Yah, benar juga, kita harus menyelamatkan Asuna terlebih dahulu." ucap Kirito, dan kemudian merekapun berlari menelusuri jalan kayu itu, menuju sangkar tempat terkurungnya Asuna.
Hari telah sore, langit berwarna kekuningan, dan Asuna masih terpuruk sendiri di dalam sangkarnya. Sampai kemudian, sebuah suara memanggilnya, "Mama!"
Yui dan Kirito telah sampai. Asuna terbangun dari lamunannya, dan ia benar-benar kaget. Setelah sekian lama terpisah, akhirnya mereka berjumpa kembali. "Mama!"
Asuna terdiam, wajahnya memerah, dan air mata kebahagian mengalir dan matanya. Benar-benar tak bisa dibendung lagi, kebahagian Asuna sungguh tak bisa ditahan.
"Mama!" Yui menyentuh kurungan Asuna, menggunakan kuasa GM-nya untuk menghilangkan pintunya, dan kemudian berlari memeluk mamanya. "Yui-chan!"
"Mama!!" Setelah sekian lama akhirnya mereka berpelukan kembali. "Yui-chan ..."
"Mama!"
Kirito tersenyum, kemudian melangkah perlahan untuk mendekat.
"Kirito-kun ..." Asuna mengusap air matanya, membalas senyuman Kirito dengan senyum yang sudah lama tak ia keluarkan.
"Asuna ..." Kirito merangkul tubuh Asuna. "Maaf, aku terlambat." ucapnya.
"Tidak, aku mempercayaimu. Aku percaya kau pasti akan datang menyelamatkanku."
Untuk sesaat, mereka bertiga berpelukan. Sungguh pemandangan yang indah, bersamaan dengan Matahari yang perlahan mulai terbenam. "Baiklah, sekarang mari kita pulang."
Asuna mengangguk.
Dengan dibantu oleh teman-temannya, Kirito berhasil menembus tempat itu. Melewati para guardian, hingga kemudian sampai di langit-langit ruangan yang tinggi itu. Setelahnya dengan bantuan dari Yui dan kartu yang dijatuhkan oleh Asuna, gerbangpun terbuka.
"Papa, papa ..." Yui memanggil-memanggil. Kirito membuka mata, dan ia telah berada di dalam sebuah terowongan. "Tempat apa ini?"
"Aku juga tidak tahu, tak ada data peta di sini." ucap Yui.
"Apa kau bisa mengetahui keberadaan Asuna?"
"Ya." Yui mencoba untuk merasakannya, "Mama, mama sudah sangat dekat. Sebelah sini!" Yuipun tahu arahnya, dan mereka bergegas. Keduanya berlari, Kirito dan Yui yang telah kembali ke wujud manusianya.
Mereka berlari di lorong, melewati pintu rahasia yang terdapat di dinding lorong, kemudian sampai di sebuah gerbang berbentuk lingkaran. Mereka membukanya, dan akhirnya sampai puncak pohon Dunia.
"Apakah ini bagian puncak dari Pohon Dunia?"
Di sekitar mereka, terlihat ranting-rating, daun yang lebat, serta jalan yang terbuat dari kayu. Dan sejauh mata memandang, tak terlihat tanda-tanda keberadaan kota seperti apa yang diceritakan. "Sama seperti Grand Questnya, kota itu, semuanya hanyalah kebohongan!" ucap Kirito. "Aku tak akan pernah memaafkan ini!" Kirito kesal.
Yui menarik lengan baju ayahnya, mengingatkan kalau tujuannya ke sini bukanlah untuk marah-marah. "Yah, benar juga, kita harus menyelamatkan Asuna terlebih dahulu." ucap Kirito, dan kemudian merekapun berlari menelusuri jalan kayu itu, menuju sangkar tempat terkurungnya Asuna.
Hari telah sore, langit berwarna kekuningan, dan Asuna masih terpuruk sendiri di dalam sangkarnya. Sampai kemudian, sebuah suara memanggilnya, "Mama!"
Yui dan Kirito telah sampai. Asuna terbangun dari lamunannya, dan ia benar-benar kaget. Setelah sekian lama terpisah, akhirnya mereka berjumpa kembali. "Mama!"
Asuna terdiam, wajahnya memerah, dan air mata kebahagian mengalir dan matanya. Benar-benar tak bisa dibendung lagi, kebahagian Asuna sungguh tak bisa ditahan.
"Mama!" Yui menyentuh kurungan Asuna, menggunakan kuasa GM-nya untuk menghilangkan pintunya, dan kemudian berlari memeluk mamanya. "Yui-chan!"
"Mama!!" Setelah sekian lama akhirnya mereka berpelukan kembali. "Yui-chan ..."
"Mama!"
Kirito tersenyum, kemudian melangkah perlahan untuk mendekat.
"Kirito-kun ..." Asuna mengusap air matanya, membalas senyuman Kirito dengan senyum yang sudah lama tak ia keluarkan.
"Asuna ..." Kirito merangkul tubuh Asuna. "Maaf, aku terlambat." ucapnya.
"Tidak, aku mempercayaimu. Aku percaya kau pasti akan datang menyelamatkanku."
Untuk sesaat, mereka bertiga berpelukan. Sungguh pemandangan yang indah, bersamaan dengan Matahari yang perlahan mulai terbenam. "Baiklah, sekarang mari kita pulang."
Asuna mengangguk.
Sumber : http://www.beelzeta.com/
